Cari Di Blog Ini

Senin, 07 Juni 2010

My Experience In Bali

Di hari Rabu yang sangat cerah tepatnya tanggal 12 Mei 2010, seluruh siswa kelas 8 SMP Negri 1 Srengat yang berjumlah 580 siswa beserta 36 staf dewan guru mengikuti karya wisata ke Pulau Dewata. Sebanyak 6 bus besar akan mengantar kami menuju pulau seribu pura tersebut. Kami semua diberi topi berwarna merah yang nantinya akan menjadi tanda pengenal dari SMP Negeri 1 Srengat. pukul 06.00 WIB kami berangkat. Dan kami tiba di Hotel tepatnya di kabupaten Badung, pukul 23.00 WITA
Kami akan melakukan kunjungan ke beberapa tempat wisata di Pulau Bali. Sebelum berangkat, kami sarapan terlebih dahulu dan berangkat. Oya, perjalanan pertama kami kali ini ditemani oleh seorang pemandu wisata yang sangat pandai dan keren. Namanya I Ketut Sulastra dan bisa dipanggil Bli Ketut. Bli nantinya akan menjelaskan tentang Pulau Bali dan seisinya termasuk tempat-tempat wisata yang akan kami kunjungi. Bli Ketut berasal dari Batu Bulan, Gianyar, Bali. Tujuan wisata pertama kami adalah Art Centre. Pada saat di perjalanan, kami diberi wawasan oleh Bli ketut

Bali diambil dari kata “wali” yang artinya upacara. Jadi, setiap hari orang Bali selau upacara terus menerus tanpa henti. Dinamakan pulau Dewata karena bali itu adalah Pulau seribu pura. Penduduknya mayoritas beragama Hindu. Bali merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki luas 5363 km2 dengan 3,5 juta penduduk. Jika dipersentase, mayoritas agama di Bali ini adalah 90% beragama Hindu, 5% beragama Islam, dan 5% lagi beragama Kristen Budha.
Pada waktu (13 mei 2010) itu tepat tanggal dimana orang Hindu merayakan Manis Galungan yang mana mereka yang merayakannya bersama keluarga pergi jalan-jalan dan berekreasi. Kata Bli Ketut jika kita mengunujungi Pulau Bali, itu tidak boleh melanggar:

• Sesaji: Artinya tidak boleh mengutak-atik sesaji dimanapun, karena itu merupakan persembahan untuk Tuhan mereka.
• DB: Bagi wanita yang sedang dating bulan dilarang memasuki area tempat suci.



Kata Bli, Bali memiliki baju tradisional yang sangat khas. Salah satunya yaitu udeng yang khususnya dipakai oleh kaum pria. Udeng di sini berfungsi sebagai pengikat pikiran dan fokus beibadah kepada Tuhan (Sanghyang widiwase). Tak lama setelah itu, kami sampai juga di Art center.
Sesampainya di Art Center, kami sedikit kecewa. Karena tidak ada pertunjukan sama sekali dan tempatnya sangat sepi. Hal itu di orang Bali sedang merayakan hari Manis Galungan dimana sehari setelah hari raya Galungan mereka bersama keluarga pergi jalan-jalan dan berekreasi. Jadi, di sana kami hanya bisa berjalan-jalan saja dan berfoto.
Setelah itu kami melanjutkan lagi ke tempat wisata selanjutnya yaitu Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau Bajra Sandhi. Sesampainya di sana, kami pun kecewa untuk yang kedua kalinya. Waktu itu Bajra Sandi tutup dan kami pun tidak bisa masuk malihat keindahan monumennya dari dalam. Kata Bli, Monumen Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk memberi hormat pada para pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman. Lokasi monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali yang juga di depan Gedung DPRD Propinsi Bali Niti Mandala Renon persisnya di Lapangan Puputan Renon.

Keseluruhan data daerah monumen berbentuk segi empat bujur sangkar dengan penerapan konsepsi Tri Mandala:

• Sebagai Utama Mandala adalah pelataran/gedung yang paling ditengah
• Sebagai Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari Utama Mandala
• Sebagai Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar yang mengitari Madya Mandala.
Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala tersusun menjadi 3 lantai :
• Utamaning Utama Mandala adalah lantai 3 yang berposisi paling atas berfungsi sebagai ruang ketenangan, tempat hening-hening menikmati suasana kejauhan disekeliling monumen. Para pengunjung bisa melihat panorama Denpasar dari tempat ini. Pada saat cuaca cerah sehingga pemandangan Denpasar terlihat jelas. Untuk mencapai tempat ini harus melewati tangga melingkat yang lumayan tinggi.
• Madyaning Utama Mandala adalah lantai 2 berfungsi sebagai tempat diorama yang berjumlah 33 unit. Lantai 2 (dua) ini sebagai tempat pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Dioramanya mirip dengan yang ada di Monas, Jakarta. Tapi yang di sini hanya menampilkan perjuangan rakyat Bali. Mulai zaman kerajaan, masuknya Hindu, Majapahit, penjajahan, perang kemerdekaan, hingga saat ini.
• Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar Gedung Monumen, yang terdapat ruang informasi, ruang keperpustakaan, ruang pameran, ruang pertemuan, ruang administrasi, gedung dan toilet. Ditengah-tengah ruangan terdapat telaga yang diberi nama sebagai Puser Tasik, delapan tiang agung dan juga tangga naik berbentuk tapak dara.
• Menumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi
• Monumen ini dikenal juga dengan nama “Bajra Sandhi” karena bentuknya menyerupai bajra atau genta yang digunakan oleh para Pendeta Hindu dalam mengucapkan Weda.
Monumen ini dibangun pada tahun 1987, diresmikan oleh Presiden Megawati Sukarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003. Tujuan pembangunan monumen ini adalah untuk mengabadikan jiwa dan semangat perjuangan rakyat Bali, sekaligus menggali, memelihara, mengembangkan serta melestarikan budaya Bali untuk diwariskan kepada generasi penerus sebagai modal melangkah maju menapak dunia yang semakin sarat dengan tantangan dan hambatan.
Monumen ini berisikan 33 diorama yang menggambarkan perjalanan sejarah dari masa Prasejarah (300.000 S.M) yang manusianya masih berpindah-pindah dan sangat tergantung dari alam, sampai pada masa mengisi kemerdekaan (1950-1975) dimana Bali membangun di segala bidang, yaitu: politik, ekonomi, dan social budaya. Mengetahui dan memahami perjalanan sejarah, jiwa dan semangat perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa ini dapat diharapkan memperkokoh jati diri dan budaya, lebih-lebih pariwisata di Bali di kembangkan sebagai pariwisata Budaya, agar tidak tergerus oleh harus globalisasi, mengingat derasnya pengaruh luar akibat kemajuan teknologi di bidang informasi. Wujud fisik bangunan kental dngan makna falsafah agama Hindu, yakin Lingga-Yoni: monumennya sendiri sebagai lambang lingga sedangkan dasar bangunan sebagai Yoni. Di samping lingga-Yoni, tertera juga cerita Pemutaran Mandhara Giri di Ksirarnawa yang diambil dari petikan Adi Parwa.

Meskipun tidak dapat memasuki area monument, kami masih dapat berfoto-foto dan berjalan-jalan melihat keindahan di sekitarnya yang sangat indah dan luas ditemani Bli Ketut. Tak lama kemudian, kami pun melanjutkan perjalanan lagi.

Perjalanan kami selanjutnya yaitu ke Pantai Kuta. Kata Bli Ketut, Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia. Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara, dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal 70-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur.

Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran dan tempat permandian serta berjemur. Selain keindahan pantainya, pantai Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis hiburan. Pantai ini juga memiliki ombak yang cukup bagus untuk olahraga selancar (surfing) terutama bagi peselancar pemula. Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.


Kuta yang terletak di bagian selatan pulau Bali, merupakan salah satu cikal bakal perkembangan pariwisata Bali. Dulunya tempat ini merupakan perkampungan nelayan Bali dan seiring berkembangnya pariwisata Indonesia dan Bali khususnya, penduduk lokal mulai menyewakan rumah pribadi untuk disewakan sebagai tempat penginapan.

Waktu menuju ke Pantai Kuta, kami tidak menaiki bus. Karena jalan menuju ke pantai tidak memungkinkan untuk dilewati bus. Jadi kami berhenti di terminal, dan menaiki sebuah kendaraan berwarna kuning dan tidak memiliki jendela yang bernama Komotra. Saat kami turun dari bus, kami langsung disuruh oleh seorang sopir komotra untuk segera menaikinya. Tetapi yang membuat kami sangat kesal adalah kami harus berdesak-desakan duduknya padahal tempat duduk sudah penuh, masih saja suruh diisi penumpang lagi.
Kami pun diantar oleh komotra dan tak lama setelah itu kami sampai juga di Pantai Kuta. Kesan pertama yang kami rasakan dan yang kami pikirkan adalah sebuah pantai yang sangat kuas, indah, banyak sekali pengunjung yang datang, dan seperti melihat surge dunia. Saat kami memasuki area pantai, kami langsung menuju ke pnggir laut dan bermain air serta tak lupa kami juga berfoto-foto. Para guru juga banyak yang mengabadikan momen-momen terindah ini. Jadi, kami juga berkesempatan berfoto-foto dengan Bapak Ibu Guru. Tetapi tidak hanya itu saja, bahkan kami pun juga berani mengajak seorang turis mancanegara untuk berfoto dengannya.

Kurang lebih 2 jam kami menikmati keindahan Pantai Kuta. Kami pun kembali dengan menaiki Komotra menuju terminal untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan wisata selanjutnya yaitu Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali.
Pada waktu perjalanan menuju Tanjung Benoa, kami melewati simpang siur, yaitu jalan yang memiliki 9 simpang. Di tengah-tengahnya, terdapat patung Dewa Ruci dengan air keabadiannya. Air keabadian ini konon dapat menghidupkan orang yang sudah mati. Saat itu kami juga diberi tahu Bli mengenai panjor yaitu janur yang ditaruh di depan rumah dan dibuat 3 hari sebelum galungan. Panjor ini berarti jembatan. Janur yang melengkung berarti naga,dll.

Pada saat galungan kurang 2 hari lagi, orang-orang Bali melakukan penyajahan yaitu membuat jajanan seperti, tape ketan dan uli. Setelah itu melakukan penampahan yaitu pemotongan babi. Makanan khas orang Bali yaitu babi guling dan lawar bali. Upacara saat galungan memakai pakaian adat dan dilakukan pagi sampai malam. Kata Bli, di Bali ini terdapat catur wangsa, yaitu Golongan Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.

Tak lupa kami juga diberi informasi mengenai Tanjung Benoa oleh Bli Ketut. Tanjung Benoa yang terletak di ujung timur "sepatu" pulau Bali, merupakan salah satu tujuan wisata air yang cukup lengkap. Berbagai sarana olahraga air disediakan disini seperti, banana boat, snorkling, flying fish, parasailing dan jetski. Uniknya olahraga surfing yang banyak dijumpai di pantai-pantai lain dari pulau bali, justru tidak tersedia di objek wisata ini, hal ini dikarenakan ombak yang ada dilokasi wisata ini cenderung tenang, sehingga kurang cocok untuk olah raga surfing.

Harga yang dikenakan kepada pengunjung untuk menikmati berbagai sarana olahraga air tersebut berkisar antara 150 ribu hingga 200 ribu. Dengan harga tersebut secara tertulis disebutkan bahwa pengunjung bisa menikmatinya dalam kurun waktu 10-15 menit. Namun kenyataan yang kami alami hanyalah sekitar 5 menit. Pantai yang dangkal disekitar pulau penyu, mengakibatkan perahu tidak bisa merapat hingga ke bibir pantai. sehingga pengunjung mesti berjalan kaki menyusuri laut untuk mencapai pusat penangkaran penyu.
Selain olahraga air, pengunjung bisa mengunjungi pulau penyu yang berjarak kurang lebih 30 menit perjalan dengan menggunakan perahu yang bisa disewa dilokasi tersebut. Setelah makan siang, kami juga menyempatkan untuk pergi ke sana. Dengan biaya 30 ribu setiap anak, kami dapat menikmati keindahannya.

Pulau penyu merupakan tempat pengembangbiakan berbagai spesies penyu yang hampir punah. Dilokasi ini pengunjung bisa melihat langsung dan bertanya-tanya seputar hal proses pengembang biakan penyu. Penyu-penyu yang ada dipisahkan diberbagai tempat berdasarkan ukuran tubuhnya. Di pulau ini juga terdapat berbagai binatang lain seperti ular, kelelawar dan burung langka yang dimungkinkan bagi pengunjung untuk memegang sekedar mengambil gambar atau foto.
Satu paket dengan perjalanan ke Pulau Penyu, kami juga bisa melihat objek wisata bawah laut. Perahu yang digunakan, telah didesain sedemikian rupa sehingga pada bagian dasar tengah perahu telah dipasang kaca yang memungkinkan bagi pengunjung untuk melihat dasar laut yang dangkal tanpa perlu berbasah-ria. Dari dalam perahu pengunjung bisa melihat ikan-ikan khas air laut dan terumbu karang yang cukup indah.

Tujuan wisata terakhir kami adalah GWK atau Garuda Wisnu Kencana. Terletak di Bukit Pecathu yakni dataran tertinggi di daerah Bali, Kabupaten Badung, denpasar, Bali. Kata Bli Ketut, GWK dibuat oleh seniman terkenal Bali yaitu I Nyoman Nuarta yang nantiya akan menjadi patung tertinggi di dunia. Patung ini dibuat dengan system bongkar pasang. Sampai saat ini, patung GWK belum jadi. Bahkan seniman yang membuat patung ini belum bisa mempredikisi kapan patung GWK akan selesai dibuat.

GWK ini memiliki luas 1.250 hektar. Tinggi patung Dewa Wisnu 146 meter, dan terbuat dari logam, baja dan perunggu. GWK ini sangat indah, tempatnya bersejarah, dan lingkungannyapun juga bersih. Obyek Wisata GWK ini banyak terdapat patung-patung diantaranya patung Dewa Wisnu dan tulisan-tulisan tentang GWK. Di GWK juga terdapat anak tangga yang sangat tinggi untuk menuju patung Dewa Wisnu di atas, dibagian sebelah patung juga terdapat patung Garuda yang sangat besar. Di sebelahnya juga masih ada pegunungan kapur yang sangat luas. Pegunungan ini sebagian ada yang dibentuk kotak-kotak yang sangat besar. Nantinya akan diukir dengan sejarah-sejarah Bali. Begitu bagus dan menarik.

Sejarah patung ini adalah pada awal mulanya berawal dari begawan yang mempunyai dua istri. Istri pertama bernama Dewi Kaldu dan istri kedua bernama Dewi Winata. Dari kedua istri tersebut tidak mempunyai anak, tetapi kedua istri begawan tersebut dianugerahi dua bilah telur. Kemudian Dewi Winata memilih telur pertama, telur tersebut berisi dua anak. Lalu Dewi Kaldu memilih telur kedua, telur tersebut berisi seratus anak.
Setelah beberapa hari kemudian, telur milik Dewi Kaldu menetas berupa ular. Dan Dewi Winatapun merasa iri karena telur milik Dewi Winata belum menetas. Sehingga Dewi Winata memecahkan salah satu telurnya dengan paksa dan telur tersebut menetas berupa burung. Burung tersebut diberi nama burung Jatayung. Karena belum saatnya menetas atau dalam istilahnya prematur burung Jatayung hanya hidp dua puluh dua hari dan akhirnya meninggal. Dewi winata merasa sedih lalu akhirnya telur yang satunya ditetaskan pada waktunya. Kemudian telur itu menetas berupa burung. Burung tersebut diberi nama burung Garuda.

Dewi Winata dan Dewi Kaldu membuat suatu perjanjian yang berisi jika yang kalah harus mengurus keseratus anak Dewi Kaldu. Dan pada akhirnya dewi Winata kalah dan harus mengurus keseratus anak Dewi Kaldu. Dewi Winata merasa di perbudak dengan Dewi Kaldu. Dan untuk membebaskan Dewi Winata, putra Dewi Winata yang bernama Garuda harus mengambil air suci Dewa Wisnu, dengan syarat Garuda harus menjadi wahana Dewa Wisnu. Kemudian Garuda menyetujuinya. Dan akhirnya Dewi Winata terbebas dari ancaman Dewi Kaldu. Tetapi, sayangnya putranya harus menjadi Wahana Dewa Wisnu. Untuk mengenang pengorbanan Garuda kepada Ibunya, tempat tersebut diberi nama Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Sebenarnya setelah kami berjalan-jalan di area patung GWK, kami akan diajak melihat pertunjukan tarian khas Bali. Tetapi berhubung pertunjukannya masih lama, jadi kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Hari pun beranjak sore. Waktu itu pukul 04.30 WITA.

Saat perjalanan pulang, semua sangat lelah dan kami pun tidur. Bahkan Bli Ketut pun juga ketiduran saking lelahnya. Setelah beberapa jam kemudian kami pun sampai di hotel. Kami langsung mandi dan makan malam. Setelah itu kami harus membereskan barang-barang bawaan kami karena besok kami sudah meninggalkan hotel.

Keesokan harinya, yaitu hari Jum’at kami akan melanjutkan wisata kami ke beberapa tempat wisata lagi. Sebelum berangkat, tak lupa kami sarapan terlebih dahulu. Setelah sarapan, kira-kira pukul 07.00 WIB. kami langsung berangkat dan masih ditemani oleh Bli Ketut.

Tempat pertama yang kami kunjungi yaitu pusat oleh-oleh di Bali tepatnya di toko yang bernama Karang Kurnia. Di sana kami membeli bebagai macam cinderamata. Seperti baju, tas, sandal, lukisan khas Bali, gantungan kunci, dll. Kurang lebih 1 jam, kami belanja. Dan akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi.

Sebelum itu, kami membeli minuman terlebih dahulu di sebuah kios yang tak jauh dari Karang Kurnia. Penjualnya adalah sepasang suami istri. Tetapi yang kami herankan, seorang Bapak penjual tadi melayani kami dengan bahasa Jawa. Kemudian kami bertanya, dan ternyata Bapak penjual tadi adalah orang Probolinggo, Jawa Timur. Sedangkan Ibu penjual tadi asalnya asli dari Bali. Kami pun merasa sangat senang, karena mereka sempat menceritakan semuanya kepada kami.

Setelah itu kami disuruh cepat-cepat masuk bus karena pertunjukan tarian barong yang akan kami lihat sudah mulai yaitu pukul 09.30 WIB. Jarak yang ditempuh tidak terlalu lama. Sebentar saja kami sudah sampai di Putra Barong, Ceculuk, Sukowati tempat pertunjukan itu dipertontonkan. Menurut Bli, Ceculuk adalah daerah pengrajin perak dan emas.

Ternyata benar, kami sampai di sana sudah telat. Dan kami pun juga tidak mendapatkan tempat duduk yang cukup jadi ada yang hanya berdiri saja. Berhubung kami tidak mengerti bahasa mereka, jadi kami pun diberi selebaran tentang isi cerita tersebut. Tari barong memnggambarkan kebaikan dan keburukan. Barong berarti kedamaian dengan symbol damai sejahtera.

Kami sangat menikmati pertunjukan tersebut. Ceritanya sangat lucu dan menarik. Kami juga berfoto-foto dengan Barong. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi yaitu ke Tanah Lot. Saat perjalanan menuju Tanah Lot, kami diberi informasi lagi mengenai Pulau Bali oleh Bli Ketut.

Sebelum sarapan pagi, orang Bali khususnya yang beragama Hindu selalu menyiapkan sesajen Banthen Saebah. Diberi pisang dipotong kecil-kecil, nasi diberi sedikit-sedikit, dan beserta lauk atau sayuran yang dimiliki. Semua itu bertujuan sebagai tanda syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa Ide Wasyang Washe. Sesajen ini ditaruh di beberapa tempat, yaitu:
• Dapur (pawon)
• Pekarangan rumah
• Pura
• Pura yang terdapat di kanan atau kiri depan rumah yang bernama aling-aling.

Saat upacara, yang harus disiapkan, yaitu:

• Bunga pacah seribu (merah, ungu, putih, kuning,dll.)
• Buah pisang diris-iris
• Air suci yang diberikan kepada Ide Pedande
• Api (asap atau dupa)
• Bije (beras di dahi)

Di Bali ada 3 macam upacara yaitu Dewayatnye, Manuseyatnye, dan Puthayatnye. Jika ketiganya tidak dijalankan, konon hidupnya tidak bisa tenang. Biasanya ada pohon yang disarungkan kain hitam putih kotak-kotak. Itu adalah salah satu contoh Puthayatnye. Karena pohon tersebut kalu dibilang itu adalah keramat dan angker. Akibat dari puthakale (roh halus). Maka juga harus mengundang orang pintar untuk mengusir puthakale itu. Kain yang dimaksud bernama kain Polen. Hitam, putih, kotak-kotak dan besar itu adalah ruwo binede yang berarti kebaikan dan keburukan. Jadi, misalnya ada pohon seperti itu, artinya pohon itu tidak boleh diganggu gugat (tanda keramat).

Bli Ketut juga memberi informasi mengenai Tanah Lot. Obyek wisata Tanah Lot terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung).

Konon, pada masa Kerajaan Majapahit tersebutlah seorang Bhagawan yang bernama Dang Hyang Dwijendra atau Dang hyang Nirarta. Beliau dekenal dalam penyebaran ajaraan agama hindhu dengan nama “Dharma Yatra”, di lombok beliau dikenal disebut “Tuan Semeru” atau guru dari semeru sebuah nama gunung di Jawa Timur. Pada waktu beliau datang ke Bali untuk menjalankan misinya yang berkuasa di Bali pada saat itu adalah Raja Dalem Waturenggong yang menyambut beliau dengan sangat hormat.

Beliau menyebarkan agama sampai ke pelosaok-pelosak pulau Bali, disebutkan saat beliau menjalankan “Dharma Yatra” di Rambut Siwi, beliau melihat sinar suci dari arah tenggara dan mengikuti sampai pada sumbernya yang ternyata adalah sebuah sumber mata air. Tidak jauh dari tempat mata air itu beliau menemukan sebuah tempat yang sangat indah yang disebut “gili beo” (gili artinya batu karang , Beo artinya burung) jadi itu adalah sebuah batukarang yang berbentuk burung. Ditempat inilah beliau melakukan meditasi dan melakukan pemujaan terhadap Dewa pengguasa laut. Lokasi tempat batukarang ini termasuk dalam daerah desa beraban, dan beliau mulai menyebarkan ajarannya kepada penduduk desa beraban, dimana didesa tersebut dikepalai oleh seorang pemimpin suci yang disebut ”Bendesa Beraban Sakti”.

Sebelumnya masyarakat desanya Beraban menganut ajaran monotheisme dalam waktu singkat banyak masyarakat Beraban mengikuti ajaran Dang Hyang Nirarta yang kemudian membuat Bandesa Beraban sangat marah dan mengajak pengikutnya yang masih setia untuk mengusir bhagawan suci ini. Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki, Dang Hyang Nirarta melindungi diri dari serangan bendesa beraban dengan memindahkan batu karang besar tempat beliau bermeditasi ke tengah lautan dan menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batu karang sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut. Kemudian beliau memberi nama ” Tengah Lot” yang berarti Tanah di tengah Laut. Ular tersebut masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular kobra.

Sesampainya di sana, kami harus berjalan cukup jauh untuk manuju pantainya. Pada waktu berjalan, kami melihat sebuah pasar oleh-oleh yang sangat ramai dan menarik sekali. Tak lama kemudian kami pun akhirnya sampai di pantai Tanah Lot. Tetapi sayang, air laut sedang pasang dan kami tidak bias menuju ke pura tengah laut tersebut. Kemudian kami langsung berfoto-foto dan menikmati keindahan pura di tengah laut. Sangat indah bagaikan di surga. Ombak di pantai ini sangat besar, menarik sekali. Di sini juga banyak turis mancanegara dan tidak kalah dengan Kuta.

Setelah beberapa jam, kami pun meninggalkan area Tanah Lot dan mampir terlebih dahulu ke sebuah toko tidak jauh dari sana yaitu Agung Bali. Di sana kami makan siang dan berbelanja oleh-oleh. Kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi ke tempat wisata terakhir yaitu Joger.

Di perjalanan, kami diberi informasi lagi oleh Bli Ketut mengenai Pulau Bali. Kali ini membahas tentang Manuseyatnye yaitu upacara tentang masalah manusia. Misalnya upacara kelahiran. Sebelum 1 bulan 7 hari, bayi yang baru lahir tidak boleh dibawa jalan-jalan keluar rumah. Setelah berumur 3 bulan, bayi harus dicukur gundul dengan melakukan upacara bernama ngotonin. Setelah itu, yaitu melakukan upacara agar murah rejeki yaitu ngogo’an. Upacara ini yaitu mangkok diisi air berdiameter 50 cm dari tanah. Mangkok tadi juga diisi ikan, udang, kepiting, perhiasan emas (perempuan yaitu anting, gelang). Perhiasan dimaksudkan sebagai tabungan hari tua. Pada usia remaja, dinamakan upacara menék kelih. Bagi kaum perempuan, upacara ini dilakukan saat pertama kali mulai dating bulan. Dan kalau kaum laki-laki pada waktu kelas 1 SMP. Sedangkan saat usia remaja dilakukan upacara baik perempuan maupun laki-laki yaitu upacara potong gigi. Di mana 6 gigi atas dari taring ke taring diratakan dengan kikir.
Upacara manuseyatnye selanjutnya yaitu upacara pernikahan. Ada 3 macam pernikahan, yaitu:

• Pernikahan suka sama suka : memakan waktu 1 bulan dan biayanya paling mahal.
• Pernikahan kawin lari : biaya cukup mahal.
• Pernikahan nyulik (menculik) : biaya paling sedikit.

Upacara manuseyatnye yang lainnya yaitu upacara kematian. Upacara ini dinamakan pengabenan atau ngaben. Yaitu pembakaran mayat sampai berbentuk debu. Upacara ini ada 3 cara, yaitu:

• Ngaben Nabugede
• Ngaben Ngadi’e
• Ngaben Masal

Upacara kematian menggunakan:

• Badé yaitu tempat pembawaan mayat atau tandu, tingginya 9 meter.
• Nagabana yaitu badan naga, kepala singa, dan memakai sayap.
• Tempat membakar mayat yaitu “lembu” terbuat dari bambu.
• Séthre yaitu kuburan. Sebelum dibawa ke séthre, nagabana dimasukkan bunga sepatu di kanan dan kiri telinga. Dan yang memanah adalah Ide Pedadé. Bunga sepatu yang mekar tadi setelah dipanah kuncup sendiri.

Setiap melewati perempatan, bade diputar-putar 3 kali ke arah kiri untuk membingungkan roh agar tidak kembali lagi ke rumah. Untuk pembakarannya menggunakan kompor gas dan apinya dari Ide Pedandé. Setelah itu, selama 12 hari keluarga tidak diperbolehkan masuk tempat suci. Kemudian, mereka harus upacara nembosan yaitu menjemput roh ke laut.

Tidak hanya itu, kami juga diberi informasi mengenai Joger oleh Bli Ketut. Joger mempunyai 2 cabang dan hanya ada di Bali. Terkenal sebagai Pabrik Kata-Kata Joger. Terletak di Jalan Raya Kuta, Kuta, Bali. Joger identik dengan T Shirt atau kaos maupun souvenir-souvenir dengan disain kata-kata unik atau khas karya Mr. Joger yang walaupun sebenarnya sudah punya kemampuan, peluang maupun, permintaan pasar yang sangat besar untuk membuka cabang atau mengembangkan sayap ke mana-mana. Keamanan di tempat ini sangat diutamakan. Kualitasnya pun juga tidak diragukan lagi. Meskipun harganya mahal-mahal (harga kaos minimal 40 ribu). Sejak tanggal 7 Juli 1998 kaos-kaos Joger Jelek yang asli tidak boleh diperjualbelikan di luar Pabrik Kata-Kata Joger.

Tak lama kemudian, kami sampai di Joger. Kata Bli Ketut, dia akan berpisah dengan kami setelah pulang dari Joger. Jadi, kami minta ke Bli Ketut untuk berfoto bersama jika pulang dari Joger nanti. Kami pun masuk ke area Joger. Joger tempatnya sangat luas. Di lantai pertama terdapat souvenir-souvenir dan berbagai macam kaos dengan kata-kata yang sangat luar biasa uniknya. Di lantai kedua ada berbagai macam sandal.yang paling berkesan adalah, saat kami masuk di suatu Show Room kaos-kaos. Semua kaos di sana bertuliskan “Joger Jelek”. Dan dibaliknya bertuliskan “AWAS! Semua T-Shirt yang kami pajang dan jual di Show Room kami, hanyalah yang jelek-jelek saja!”

Tetapi sayang, kami tidak sempat berfoto dengan Bli Ketut karena kami terlalu lama berbelanja. Jadi, Bli Ketutnya keburu pulang. Kami sangat sedih sekali, seperti ada yang hilang karena kami sudah terlalu dekat dengan Bli. Bli Ketut sangat ramah dan baik.

Setelah itu kami pulang. Semua merasa sangat lelah tetapi hati kami sangat senang. Selama di perjalanan kami memuatar lagu-lagu Pop Hits. Kami bernyanyi bersama. Yang mengejutkan adalah, salah satu teman kami bernama Mimin, dia ingin buang air besar. Dia terlihat sangat kasian sekali. Akhirnya Pak Sopir pun berhenti di sebuah pom bensin. Tetapi sayangnya, toilet hanya ada dua dan semua sudah didahului oleh anak-anak perempuan yang ingin buang air kecil. Mimin sangat marah dan berteriak-teiak padahal di depannya ada guru. Teman-teman laki-laki Mimin semuanya turun dari bus dan ikut menyemangati Mimin. Akhirnya tak lama setelah itu, anak-anak perempuan keluar dan Mimin pun masuk. Saat itu semua teman mimin berdiri di depan pintu toilet dan terus menyemangati Mimin. Kami pun semua tidak ada yang bisa menahan ketawa. Sungguh lucu.
Waktu beranjak malam. Kami pun tiba di Pelabuhan Gilimanuk. Kami langsung naik ke kapal. Bus kami bersama dengan bus 4 dan bus 3. Kami berempat bernyanyi bersama, berpuisi, dan menikmati segarnya udara malam. Waktu itu kami juga sempat menulis keinginan kami di kertas dan melemparnya ke tengah laut. Kami juga berteriak “Good Bye Bali!”

Setelalah beberapa jam kemudian, kami sampai di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Kami langsung naik bus masing-masing. Kami melanjutkan perjalanan lagi. Tak lama kemudian, kami berhenti di sebuah restoran dan makan malam.
Perjalanan pun masih panjang. Tetapi masih ada 1 tempat lagi yang kami nantikan, yaitu Paiton di malam hari. Setelah beberapa saat kemudian, kami melewati Paiton. Kami semua melihat dan menyiapkan kamera untuk mengabadikan momen ini. Sungguh luar biasa indah. Semua terlihat terang. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, karena memang luar biasa indah. Sayangnya kami cuma melewatinya saja. Andaikan kami berhenti dan melihatnya dari dekat. Pasti senang sekali.

Waktu itu sudah masuk Subuh. Kami berhenti di sebuah masjid di daerah Malang. Kami sholat sebentar dan melanjutkan perjalanan lagi.
Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya kami sampai di SMP negri 1 Srengat. Banyak sekali wali murod yang sudah menunggu anak-anaknya. Kami langsung turun dari bus dengan membawa barang bawaan kami yang sangat banyak itu.

0 komentar:

Posting Komentar