Babak 5
Lomba pun diadakan. Risa yang mewakili sekolah untuk mengikuti
lomba baca puisi, karena Dila berhalangan hadir. Risa tampil seperti menjadi
orang lain, Ia melepas kacamatanya dan menjadi sangat cantik, tidak seperti
biasanya. Dengan penuh percaya diri Risa naik ke panggung dan membacakan
puisinya.
RapuhBuah karya : RisaSahabat adalah hidupkuIa mengalir dalam darahkuMengalir bersama tiap hembus nafaskuJiwaku serapuh kapasseretak kacaJiwaku selemah asakenapa kau tutup mata untukkuSungguh hinakah aku?Menatapku saja kalian tak mampuSerapuh itukah diriku?Selemah itukah aku?Jiwa ragaku rapuhSerapuh hidupkuDapatkah aku bertahan?Dan aku yakinitu semua BUKAN diriku
Intan :
“kalian lihat sendiri, kan? Puisi itu Risa sendiri yang buat. Dia kasih buat
kalian, saking sayangnya dia sama kalian, dia nggak pengen kita bubar. Kita
udah lama sahabatan. Ingat nggak, kita ketawa bareng, seneng bareng, nangis
bareng, bahkan kita janji untuk saling menyayangi selamanya. Diantara milyaran
manusia, Tuhan pasti punya alasan kenapa Ia mempertemukan kita. Aku sayang sama
kalian.”
Imada, Intan, Fifi dan Dhila menghampiri Risa di atas panggung. Mereka berpelukan dan saling memaafkan. Mereka mulai
lagi lembaran baru persahabatan mereka dengan senyuman, tanpa saling
merendahkan lagi. Karena sahabat sejati tak akan pernah meninggalkan sahabatnya
di saat ia mengalami kesulitan.
Mulai saat itu, mereka selalu
mengingat filosofi bintang, sebuah titik yang menghubungkan garis dan
menghasilkan kerlipan cantik di malam hari, yang kita sebut sebagai janji 5
sudut. Jika salah satu sudutnya hilang, ia tak akan jadi bintang. Untuk
mempertahankan lima sudut itu membutuhkan kasih sayang persahabatan dan kasih
sayang persabatan itu tak perlu pengorbanan. Saat kau merasa berkorban untuk
persahabatan, saat itulah kasih sayang persahabatanmu mulai pudar.